Genre: Action
Rilis: April 22, 2011
Sutradara: Steven Silver
Screenplay: Steven Silver
Produser: Adam Friedlander, Daniel Iron, Lance Samuels
Distributo: Paramount Pictures
Rilis: April 22, 2011
Sutradara: Steven Silver
Screenplay: Steven Silver
Produser: Adam Friedlander, Daniel Iron, Lance Samuels
Distributo: Paramount Pictures
Pada awal periode tahun 1990 terjadi konflik di afrika yang melibatkan
antara beberapa kubu, yaitu ANC, Inkhata dan Mandela, konflik ini disebabkan
karena kesalahfahaman pandangan politik antar kubu. Hingga konflik ini
menimbulkan banyak korban.
The Bang Bang Club sendiri adalah film yang diangkat dari kisah nyata 4
fotografer muda pemberani yang masuk ke dalam pertempuran ras : tiga fotografer
dari harian The Star, Joao Silva (Neels
Van Jaarsveld), Kevin Carter (Taylor Kitsch), Ken Oesterbroek (Frank
Rautenbach) dan satu fotografer freelance Greg Marinovich (Ryan Phillippe).
Julukan The Bang Bang Club adalah sebutan yang disematkan media
internasional kepada empat jurnalis foto asal Arika Selatan, Greg Marinovich,
Kevin Carter, Ken Oosterbroek, dan Joao Silva, karena keberanian dan kenekatan
mereka untuk turun dan meliput langsung ke berbagai wilayah konflik di negara
tersebut pada tahun 1990 hingga 1994. Bersama, mereka menghadirkan ratusan
gambar yang kemudian membuka pedihnya nasib masyarakat Afrika Selatan di masa
peperangan antar suku yang hampir tidak mendapatkan perhatian dari belahan
dunia lain.
Mereka berjuang untuk hidup dan bekerja keras selama periode ini,
karena kebrutalan perang rasial dan kekerasan terkait pemilu bebas pertama
pasca apartheid di Afrika Selatan era 90-an, agar dapat menunjukkan karya
terbaik mereka kepada dunia. Mereka berlari, sembunyi, uji nyali di antara
desingan peluru dan di tengah pertikaian, membuat jantung berdebar.
Dari keempat fotografer tersebut dapat dikatakan Greg Marinovich lah yang
paling nekat dan berani mengambil resiko. Dia memberanikan diri untuk mengambil
foto sangat dekat hanya beberapa meter dari maut. Akhirnya kegigihan Greg
Marinovich terbayar, salah satu fotonya mendapatkan penghargaan pulitzer pada
tahun 1990
“Zulu Spy 1990”
Begitulah
nama yang diberikan pada karyanya tersebut, Salah satu karya yang membuatnya
bangga sekaligus menjadi depresi. Pulitzer Prize – hadiah paling bergengsi untuk para jurnalis – pada
tahun 1990 untuk sebuah karya foto Greg
Marinovich yang
fenomenal.
Kemudian Kevin Carter menyusul mendapat penghargaan
serupa dengan hasil karyanya. Foto yang dramatis tentang seorang anak perempuan pengungsi Sudan yang
kelaparan dan diintai seekor burung bangkai menjadi buah bibir di mana-mana.
“Bearing Witness 1994”
Tetapi foto tersebut mebuatnya depresi, karena dunia mempertanyakan nasib
dari anak yang berada dalam fotonya, ia tidak bisa menjawab pertanyaan yang
terus menerus mendatanginya, hingga ia mengalami trauma yang mendalam, ditambah
lagi dengan kematian sahabatnya, ken oosterbroek yang tertembak pada saat
bertugas. Kevin merasa depresi dan trauma dengan semua kejadian itu, hingga
akhirnya ia bunuh diri. Ia menuliskan pesan sebelum kematianya.
Ini adalah isi pesan yang ia sampaikan Kevi Charter sebelum kematiannya.
“I am depressed … without phone … money for rent … money for child
support … money for debts … money!!! … I am haunted by the vivid memories of
killings and corpses and anger and pain … of starving or wounded children, of
trigger-happy madmen, often police, of killer executioners … I have gone to
join Ken if I am that lucky.”
Pada akhirnya, Joao Silva di kontrak menjadi fotografer di harian New
York Times. Sementara Greg Marinovich memutuskan untuk tidak
mengambil foto-foto yang berkaitan dengan perang lagi.
Menurut saya sebagai fotografer jika di tempatkan pada posisi itu di
satu sisi kita harus mementingkan tugas sebagai bentuk profesionalisme kerja
menjadi fotografer. Tapi, di satu sisi kita juga harus mementingkan rasa
kemanusiawian mana mungkin kita membiarkan orang lain dalam bahasa sementara
kita hanya mementingkan ego saja. Bagi orang yang tidak mengerti mungkin yang
di lakukan Kevin Carter ada perbuatan yang tidak berperasaan. Tapi, jika di
lihat dari sisi kejurnalistikan begitulah tugas seorang jurnalis atau
fotografer mengambil gambar kemudian memberitakan dan mempublikasikannya.



